SEJARAH AWAL MUHAMMADIYAH PAMEUNGPEUK
SEJARAH AWAL MUHAMMADIYAH
PAMEUNGPEUK
Oleh: Ibnu Rudani
Ialah H. Tabiin Bachtiar, sosok
yang pertama kali memperkenalkan Muhammadiyah di Pameungpeuk. Menurut penuturan
salah seorang anggota assabiqunal awwalun (generasi pertama) yang hari
ini masih hidup, Holidin (80 Tahun), pertama kali diperkenalkan dengan Muhammadiyah
pada tahun 1960, setelah kepulangan H. Tata dari belajar di Muallimin
Yogyakarta. Sebelum masa kepulangan tersebut, H. Tata (demikian lebih akrab
dipanggil) selalu melakukan dialog dengan Subki bin Mintarja (ayah beliau)
dengan Juri bin Marta yang secara keorganisasian sangat kental dengan ormas
lain yang berkembang saat itu.
![]() |
Bersama Holidin (80), anggota Muhammadiyah yang aktif sejak pertama kali Muhammadiyah datang di Pameungpeuk. |
H. Muchtar merupakan sosok yang pertama kali direkrut H. Tata sebagai anggota sekaligus untuk keperluan kepengurusan yang dibutuhkan sebanyak tujuh orang, kemudian H. Udin Fachrudin, H. Supyan, Engkom dari Cikelet serta beberapa kerabat di lingkungan Mancagahar seperti Udan Rudani, Holidin, Hafid Abdullah, Sururon, Elon, Elin beserta sejumlah kerabat dan rekan sejawatnya lainnya merupakan pendukung utama beliau dalam pergerakannya.
Tidak sampai satu tahun
pergerakan, sebagai bentuk dukungan lain pada pergerakan H. Tabiin Bachtiar,
didirikan “Bangunan Jangkung” (begitu Holidin mengungkapkan penyebutan
gedung tersebut pada kali pertamanya) dengan nama Madrasah Darul Arqam. Sampai
saat ini, selain berfungsi sebagai madrasah diniyah, gedung tersebut menjadi
sentra kegiatan dan pembinaan keorganisasian Ranting Muhammadiyah Mancagahar
Pameungpeuk. Terdiri dari dua ruang kelas, pada tahun 2018 ditambah dengan
kelengkapan ruang kantor Pimpinan Ranting dan sarana MCK.
![]() |
Gedung Madrasah Darul Arqam, dulu dikenal dengan nama Bangunan Jangkung. |
Selain Bangunan Luhur, di Mancagahar saat itu juga digagas gerakan ekonomi berupa pendirian lumbung padi yang diketuai oleh Udah Rudani yang dibantu oleh Holidin dan Hafid Abdullah sebagai petugas distribusi dan humas. Keberadaan lumbung tersebut sampai saat ini masih eksis di bawah pengelolaan PRM Mancagahar.
Dibalik gebrakan pergerakan
demikian, sejak awal mula kedatangannya Muhammadiyah Pameungpeuk tidak luput
dari penolakan dari berbagai kalangan. Persinggungan dengan ormas lain atau
umat Islam setempat secara umum, dari tudingan sebagai agama baru sampai dengan
aksi represif di saat hendak mengikuti pengajian keorganisasian dengan
penghadangan di jalan. Demikian pula dari aparatur pemerintah, meskipun tidak
sampai secara resmi dilakukan institusi pemerintahan, sikap intimidasi tak
sedikit muncul dari orang-orang pribadi yang memiliki jabatan pemerintahan.
Sebelum secara resmi Cabang
Muhammadiyah Pameungpeuk dikukuhkan pada 1967, status Muhammadiyah Pameungpeuk
adalah Ranting Muhammadiyah. Dari penjelasan Holidin, keanggotaannya pada waktu
itu adalah sebagai anggota pemuda Muhammadiyah. Ranting-ranting yang pertama
kali dikukuhkan selain Ranting Pameungpeuk adalah Cigodeg-Paas dan Mancagahar.
Cikelet pada saat itu juga merupakan ranting binaan Cabang Pameungpeuk dan pada
sekitar tahun 1980 ditambah Ranting Junti-Linggamanik.
Pada tahun 1983, pergerakan
Cabang Muhammadiyah secara terstruktur mulai efektif dilakukan mulai dari
penggantian status keanggotaan dari anggota pemuda menjadi anggota
Muhammadiyah. Sentra kegiatan Cabang Muhammadiyah Pameungpeuk bertempat di
Madrasah Diniyah di Desa Paas Kecamatan Pameungpeuk yang saat ini berdiri SMP
Muhammadiyah Pameungpeuk. Disebutkan dari sumber lain, sebagai AUM pertama PCM
Pameungpeuk, SMP Muhammadiyah Pameungpeuk didirikan pada tahun 1967 Ahmar
Supyadin (64 tahun) menyebutkan, bahwa selain SMP, Muhammadiyah saat itu sudah
menyelenggarakan PGA pada jenjang lanjutan pertama.
Pada tahun 1990, berangkat dari
kegelisahan akan kebutuhan kader pendakwah Persyarikatan, PCM Pameungpeuk
menyelenggarakan Pondok Pesantren Al-Manaar Muhammadiyah Pameungpeuk.
Keberadaan pesantren tersebut sejauh ini telah cukup banyak berkontribusi dalam
lingkup regenerasi kader Persyarikatan baik di ranting-ranting Cabang
Pameungpeuk maupun di cabang-cabang yang tersebar di Garut Selatan lainnya.
Sejak awal mula didirikan, Al-Manaar merupakan ikon Persyarikatan yang secara
antusias didukung oleh segenap warga Persyarikatan.
Berdiri di atas tanah wakaf
seluas kurang lebih satu hektar dari keluarga besar H. Kardi (pada masa
hidupnya dikenal dengan nama H. Khusna sebagai pedagang gendong dari
Tasikmalaya), pembangunan area pesantren merupakan momentum bersejarah dalam
pergerakan warga persyarikatan. Bukan hanya warga Persyarikatan di wilayah Cabang
Muhammadiyah Pameungpeuk saja, dari Cabang Cibalong, Cisompet, Cikelet dan
lain-lainnya secara antusias bergotong royong dengan berbagai sumber dayanya.
Pengiriman material pembangunan, tenaga kerja relawan dan keterlibatan potensi
lain bersatu-padu mendukung pembangunan pesantren.
Sampai saat ini Cabang
Pameungpeuk telah memiliki AUM di bidang pendidikan yang terdiri dari satu
tingkat pra-sekolah, tiga tingkat sekolah menengah pertama, dua tingkat sekolah
menengah atas dan kejuruan. Pada tahun 2021, saat ini sedang dirintis, Ranting
Muhammadiyah Mancagahar menyelenggarakan tingkat sekolah dasar. Aset kekayaan
Cabang dalam bentuk tanah wakaf saat ini telah mencapai lebih dari 11 ha yang
terdiri tanah sawah produktif dan perkebunan serta lahan darat yang digunakan
untuk pembangunan AUM, sarana ibadah dan kelengkapan insfrastruktur
Persyarikatan lainnya.
Ranting Muhammadiyah yang terdapat di Cabang Pameungpeuk saat ini terdiri dari sembilan ranting yang antara lain; Ranting Mancagahar, Pameungpeuk, Paas, Mandalakasih, Jatimulya, Babakan-Jatimulya, Pabuaran, Sirnabakti dan Ranting Junti-Linggamanik. Khusus Ranting Junti, meskipun secara teritorial berada di wilayah kecamatan Cikelet, dikarenakan secara historis merupakan wilayah binaan Cabang Muhammadiyah Pameungpeuk.
![]() |
"Muhammadiyah Pameungpeuk ngarengkenek jiga seureuh, ngarenekeh jiga sereh; beunang Tabiin Bachtiar." |
Komentar
Posting Komentar